بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِارَّحْمَنِ ارَّحِيم
Hidup tak ubahnya seperti menelusuri jalan
setapak yang becek di tepian sungai nan jernih. Kadang orang tak sadar
kalau lumpur yang melekat di kaki, tangan, badan, dan mungkin kepala
bisa dibersihkan dengan air sungai tersebut. Boleh jadi, kesadaran itu
sengaja ditunda hingga tujuan tercapai.
Tak ada manusia yang bersih dari salah dan
dosa. Selalu saja ada debu-debu lalai yang melekat. Sedemikian
lembutnya, terlekatnya debu kerap berlarut-larut tanpa terasa. Di luar
dugaan, debu sudah berubah menjadi kotoran pekat yang menutup hampir
seluruh tubuh.
Itulah keadaan yang kerap melekat pada diri manusia.
Diamnya seorang manusia saja bisa memunculkan salah dan dosa.
Terlebih ketika peran sudah merambah banyak sisi: keluarga, masyarakat,
tempat kerja, organisasi, dan pergaulan sesama teman. Setidaknya, akan ada gesekan atau kekeliruan yang mungkin teranggap kecil, tapi berdampak besar.
Belum lagi ketika kekeliruan tidak lagi bersinggungan secara horisontal atau sesama manusia. Melainkan sudah mulai menyentuh pada kebijakan dan keadilan Allah swt. Kekeliruan jenis ini mungkin saja tercetus tanpa sadar, terkesan ringan tanpa dosa; padahal punya delik besar di sisi ALLAH …
Diamnya seorang manusia saja bisa memunculkan salah dan dosa.
Terlebih ketika peran sudah merambah banyak sisi: keluarga, masyarakat,
tempat kerja, organisasi, dan pergaulan sesama teman. Setidaknya, akan ada gesekan atau kekeliruan yang mungkin teranggap kecil, tapi berdampak besar.
Belum lagi ketika kekeliruan tidak lagi bersinggungan secara horisontal atau sesama manusia. Melainkan sudah mulai menyentuh pada kebijakan dan keadilan Allah swt. Kekeliruan jenis ini mungkin saja tercetus tanpa sadar, terkesan ringan tanpa dosa; padahal punya delik besar di sisi ALLAH …
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam.
pernah menyampaikan nasihat tersebut melalui Abu Hurairah r.a.
“Segeralah melalukan amal saleh. Akan terjadi fitnah besar bagaikan
gelap malam yang sangat gulita. Ketika itu, seorang beriman di pagi
hari, tiba-tiba kafir di sore hari. Beriman di sore hari, tiba-tiba
kafir di pagi hari. Mereka menukar agama karena sedikit keuntungan
dunia.” (HR. Muslim)
Saatnyalah seseorang merenungi diri untuk
senantiasa minta ampunan ALLAH . Menyadari bahwa siapa pun yang bernama
manusia punya kelemahan, kekhilafan. Dan istighfar atau permohonan
ampunan bukan sesuatu yang musiman dan jarang-jarang. Harus terbangun
taubat yang sungguh-sungguh.
Secara bahasa, taubat berarti kembali.
Kembali kepada kebenaran yang dilegalkan ALLAH. dan diajarkan Rasulullah
Sallallahu ‘alaihi Wasallam Taubat merupakan upaya seorang hamba
menyesali dan meninggalkan perbuatan dosa yang pernah dilakukan selama
ini.
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam. pernah ditanya seorang sahabat,
“Apakah penyesalan itu taubat ?” Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam.
menjawab, “Ya.” (HR. Ibnu Majah)
“Apakah penyesalan itu taubat ?” Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam.
menjawab, “Ya.” (HR. Ibnu Majah)
Amr bin Ala pernah mengatakan, :
“Taubat nasuha adalah apabila kamu membenci perbuatan dosa sebagaimana kamu mencintainya.” Taubat dari segala kesalahan tidak membuat seorang manusia terhina di hadapan Tuhannya. Justru, akan menambah kecintaan dan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya. Karena Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri.
“Taubat nasuha adalah apabila kamu membenci perbuatan dosa sebagaimana kamu mencintainya.” Taubat dari segala kesalahan tidak membuat seorang manusia terhina di hadapan Tuhannya. Justru, akan menambah kecintaan dan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya. Karena Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri.
ALLAH Azza Wa Jalla .Befirman :
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
Taubat dalam Islam tidak mengenal
perantara. Pintu taubat selalu terbuka luas tanpa penghalang dan batas.
Allah selalu menbentangkan tangan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang ingin
kembali kepada-Nya. Seperti terungkap dalam hadis riwayat Imam Muslim
dari Abu musa Al-Asy`ari. “Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya
di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada
malam hari sampai matahari terbit dari barat.”
Karena itu, merugilah orang-orang yang
berputus asa dari rahmat Allah dan membiarkan dirinya terus-menerus
melampaui batas. Padahal, pintu taubat
selalu terbuka. Dan sungguh, Allah akan mengampuni dosa-dosa semuanya
karena Dialah yang Maha Pengampun lagi Penyayang.
selalu terbuka. Dan sungguh, Allah akan mengampuni dosa-dosa semuanya
karena Dialah yang Maha Pengampun lagi Penyayang.
Orang yang mengulur-ulur saatnya bertaubat
tergolong sebagai Al-Musawwif. Orang model ini selalu mengatakan,
“Besok saya akan taubat.” Ibnu Abas r.a. meriwayatkan, berkata
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam. “Binasalah orang-orang yang
melambat-lambatkan taubat (musawwifuun).” Dalam surat Al-Hujurat ayat
21, ALLAH. berfirman:
“Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, mereka itulah orang-orang yang zalim.“
Abu Bakar pernah mendengar ucapan Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam.,
“Iblis berkata, aku hancurkan manusia dengan dosa-dosa dan dengan bermacam-macam perbuatan durhaka. Sementara mereka menghancurkan aku dengan Laa ilaaha illaahu dan istighfar. Tatkala aku mengetahui yang demikian itu aku hancurkan mereka dengan hawa nafsu, dan mereka mengira dirinya berpetunjuk.”
Abu Bakar pernah mendengar ucapan Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam.,
“Iblis berkata, aku hancurkan manusia dengan dosa-dosa dan dengan bermacam-macam perbuatan durhaka. Sementara mereka menghancurkan aku dengan Laa ilaaha illaahu dan istighfar. Tatkala aku mengetahui yang demikian itu aku hancurkan mereka dengan hawa nafsu, dan mereka mengira dirinya berpetunjuk.”
Namun, taubat seorang hamba Allah tidak
cuma sekadar taubat. Bukan taubat kambuhan yang sangat bergantung pada
cuaca hidup. Pagi taubat, sore maksiat. Sore taubat, pagi maksiat.
Sedikit rezeki langsung taubat. Banyak rezeki kembali maksiat.
Taubat yang selayaknya dilakukan seorang
hamba Allah yang ikhlas adalah dengan taubat yang tidak
setengah-setengah. Benar-benar sebagai taubat nasuha, atau taubat yang
sungguh-sungguh.
Karena itu, ada syarat buat taubat nasuha.
Antara lain, segera meninggalkan dosa dan maksiat, menyesali dengan
penuh kesadaran segala dosa dan maksiat yang telah dilakukan, bertekad
untuk tidak akan mengulangi dosa. Selain itu, para ulama menambahkan
syarat lain. Selain bersih dari kebiasaan dosa, orang yang bertaubat
mesti mengembalikan hak-hak orang yang pernah dizalimi. Ia juga
bersegera menunaikan semua kewajiban-kewajibannya terhadap ALLAH .
Bahkan, membersihkan segala lemak dan daging yang tumbuh di dalam
dirinya dari barang yang haram dengan senantiasa melakukan ibadah dan
mujahadah.
Hanya ALLAH-lah yang tahu, apakah benar
seseorang telah taubat dengan sungguh-sungguh. Manusia hanya bisa
melihat dan merasakan dampak dari orang-orang yang taubat. Benarkah ia
sudah meminta maaf, mengembalikan hak-hak orang yang pernah terzalimi,
membangun kehidupan baru yang Islami, dan hal-hal baik lain. Atau,
taubat hanya hiasan bibir yang terucap tanpa beban.
Hidup memang seperti menelusuri jalan
setapak yang berlumpur dan licin. Segeralah mencuci kaki ketika kotoran
mulai melekat. Agar risiko jatuh
berpeluang kecil. Dan berhati-hatilah, karena tak selamanya jalan mendatar…
berpeluang kecil. Dan berhati-hatilah, karena tak selamanya jalan mendatar…
ALLAH Azza Wa Jalla .Befirman :
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari
Rabbmu serta kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali ‘Imran: 133)
”Hai orang-orang yang beriman,
bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi
dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar
di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya
Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami;
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At Tahrim : 8)
Wallahu ‘alam Bishawab
No comments:
Post a Comment