إنَّ الحمد لله نحمده ونستعينه
ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا
مضلَّ له، ومن يضلل فلا هادي له، أشهد أن لا إله إلاَّ الله وحده لا شريك
له وأشهد أنَّ محمداً عبده ورسوله فإن أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدي
هدي محمد صلى الله عليه و سلم، وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل
بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار
Segala puji hanya milik Allah Ta’ala,
Dzat yang telah melimpahkan berbagai kenikmatan kepada kita semua.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad,
keluarga, dan seluruh sahabatnya. Amiin.
Syari’at islam –segala puji hanya milik
Allah- bersifat universal, mencakup segala urusan, baik yang berkaitan
dengan urusan ibadah ataupun mu’amalah, sehingga syari’at Islam
benar-benar seperti yang Allah firmankan,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
“Pada hari ini, telah Aku sempurnakan
untukmu agama mu, dan telah aku cukupkan atasmu kenikmatan-Ku, dan Aku
ridlo Islam menjadi agamamu.” (QS. Al Maidah: 3)
Dan sebagaimana yang Allah firmankan pada ayat lain,
إِنَّ هَـٰذَا ٱلْقُرْءَانَ يِهْدِى
لِلَّتِى هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ
الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan
petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira
kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka
ada pahala yang besar.” (QS. Al Isra’: 9)
Syeikh Abdurrahman As Sa’dy rahimahullah
ketika menafsirkan ayat ini berkata, “Allah Ta’ala mengabarkan tentang
kemuliaan dan kedudukan Al Qur’an yang agung, dan bahwasannya Al Qur’an
akan membimbing (manusia) kepada jalan yang paling lurus. Maksudnya
jalan yang paling adil lagi mulia, baik dalam urusan akidah (idiologi)
perilaku dan akhlak. Maka barang siapa yang menjalankan segala seruan Al
Qur’an, niscaya ia menjadi orang yang paling sempurna, lurus, dan
paling benar dalam segala urusannya. Dan memberi kabar gembira kepada
orang-orang mu’min yang mengerjakan amal saleh baik yang wajib atau
sunnah, bahwa bagi mereka ada pahala yang besar yang telah Allah siapkan
di surga, yang tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui hakikatnya.”
(Taisiril Karimir Rahman: 454)
Dan pada ayat lain, Allah Ta’ala
menyebutkan bahwa pahala yang telah Ia siapkan bagi orang-orang yang
beramal sholeh dan menjalankan syari’at Al Qur’an bukan hanya di surga
semata, akan tetapi juga meliputi pahala di dunia, sebagaimana yang
Allah Ta’ala tegaskan pada ayat berikut,
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا
اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ
الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ
أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَن كَفَرَ بَعْدَ
ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang
saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka sebagai
penguasa, dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan)
mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman
sentausa.Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu
apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji)
itu, maka mereka itulah orang yang fasik.” (QS. An Nur: 55)
Inilah pahala dan ganjaran yang akan diberikan kepada orang-orang yang menjalan syari’at Al Qur’an.
Walau demikian tingginya syari’at Al
Qur’an dan begitu adilnya syari’at Islam serta begitu besarnya pahala
dan balasan yang diberikan kepada orang-orang yang mengamalkannya, akan
tetapi fenomena umat Islam di zaman kita tidaklah mencerminkan akan yang
demikian itu. Betapa rendahnya umat Islam di mata umat lain, betapa
terpuruknya perekonomian, keamanan dan kekuatan umat Islam bila
dibandingkan dengan umat lain, betapa remehnya ilmu Al Qur’an di mata
banyak dari kaum muslimin bila dibandingkan dengan berbagai ilmu-ilmu
lainnya dan betapa banyaknya petaka yang dari hari ke hari menimpa
mereka.
Kenyataan pahit ini hanya ada satu jawaban, yaitu sebagaimana yang Allah Ta’ala tegaskan pada firman-Nya berikut,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ
وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ
وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’araf:
96)
Dan pada firman-Nya berikut ini,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي
عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di
laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar Rum: 41)
Bila ada yang bertanya, Mengapa umat
Islam di seluruh belahan dunia dengan mudah dapat terjerumus ke dalam
keadaan yang amat mengenaskan demikian ini?
Maka jawabannya ada pada firman Allah Ta’ala berikut,
اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ. صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus,
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka
yang sesat.” (QS. Al Fatihah: 6-7)
Ibnu Katsir rahimahullah tatkala
menafsirkan dua ayat ini berkata, “Jalan orang-orang yang telah Engkau
limpahkan kepada mereka kenikmatan, yang telah disebutkan kriterianya,
yaitu orang-orang yang mendapat petunjuk, beristiqomah, senantiasa ta’at
kepada Allah dan Rasul-Nya dan yang senantiasa menjalankan perintah dan
menjauhi segala larangannya. Jalan tersebut bukanlah jalan orang-orang
yang dimurkai, yaitu orang-orang yang telah rusak jiwanya, sehingga
mereka mengetahui kebenaran akan tetapi mereka berpaling darinya. Tidak
juga jalannya orang-orang yang tersesat, yaitu orang-orang yang tidak
berilmu, sehingga mereka terombang-ambingkan dalam kesesatan dan tidak
dapat mengetahui kebenaran.” (Tafsir Ibnu Katsir 1/29).
Bila kita renungkan keadaan umat Islam
sekarang ini, maka kita akan dapatkan bahwa kebanyakan pada mereka
terdapat satu dari dua perangai di atas:
1. Mengetahui kebenaran akan tetapi dengan sengaja berpaling darinya, karena mengikuti bisikan hawa nafsu dan ambisi pribadinya.
2. Tidak mengetahui kebenaran, sehingga
kehidupannya bagaikan orang yang sedang hanyut dan diombang-ambingkan
oleh derasnya arus badai, sehingga ia berpegangan dengan apa saja yang
ada di sekitarnya, walaupun hanya dengan sehelai rumput atau sarang
laba-laba. Ia tidak mengetahui kebenaran yang diajarkan oleh Al Qur’an,
sehingga ia hanyut oleh badai kehidupan, dan akhirnya mengamalkan atau
meyakini apa saja yang ia dengar dan baca. Bahkan tidak jarang,
orang-orang jenis ini dengan tidak sengaja memerangi dan memusuhi
syari’at Al Qur’an, sebagaimana dinyatakan dalam pepatah arab,
الإنسان عدوٌ لما يجهله
“Setiap manusia itu akan memusuhi segala yang tidak ia ketahui.”
Oleh karena itu pada kesempatan ini kita
akan bersama-sama mengenali berbagai sisi keindahan dan keadilan syariat
Al Qur’an, sehingga keimanan kita semakin kokoh bahwa syari’at islam
adalah syari’at yang lurus dan satu-satunya metode hidup yang dapat
merealisasikan kebahagiaan bagi umat manusia di dunia dan akhirat.
Berikut kita akan membaca syari’at Al
Qur’an dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia, agar iman kita
semakin kokoh bahwa Al Qur’an adalah metode dan dasar bagi kehidupan
umat manusia dalam segala aspeknya. Bukan hanya dalam urusan peribadatan
kepada Allah Ta’ala semata, akan tetapi mencakup segala aspek kehidupan
umat manusia.
1. Akidah (Keyakinan)
Bagian ini adalah bagian yang paling
banyak diperhatikan dan ditekankan dalam syari’at Al Qur’an. Bahkan
permasalahan ini telah disatukan dengan segala urusan setiap muslim dan
dijadikan sebagai tujuan dari segala gerak dan langkah kehidupan mereka.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Az Dzariyat: 56)
Dan pada ayat lain Allah berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan sembahlah Rabb-mu sampai datang kepadamu sesuatu yang diyakini (ajal/kematian).” (QS. Al Hijr: 99)
Inilah akidah Al Qur’an, yaitu beribadah
hanya kepada Allah Ta’ala dan meninggalkan segala macam bentuk
peribadatan kepada selain-Nya, baik peribadatan dengan pengagungan,
kecintaan, rasa takut, harapan, ketaatan, pengorbanan, atau lainnya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا
“Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (QS. An Nisa’: 36)
Akidah Al Qur’an juga mengajarkan agar
umat Islam menjadi kuat dan perkasa bak gunung yang menjulang tinggi ke
langit, tak bergeming karena terpaan angin atau badai. Akidah Al Qur’an
mengajarkan mereka untuk senantiasa yakin dan beriman bahwa segala yang
ada di langit dan bumi adalah milik Allah, tiada yang dapat
menghalang-halangi rezeki yang telah Allah tentukan untuk hamba-Nya dan
tiada yang dapat memberi rezeki kepada orang yang tidak Allah Ta’ala
beri.
لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ كُلٌّ لَّهُ قَانِتُونَ
“Apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya.” (QS. Al Baqarah: 116)
Dan pada ayat lain Allah berfirman,
لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرَى
“Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada langit,
semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di
bawah tanah.” (QS. Thoha: 6)
Dengan keyakinan dan iman semacam ini,
setiap muslim tidak akan pernah menggantungkan kebutuhan atau harapannya
kepada selain Allah, baik itu kepada malaikat, atau nabi atau wali atau
dukun atau ajimat. Tiada yang mampu memberi atau mencegah rezeki,
keuntungan, pertolongan atau lainnya selain Allah Ta’ala:
مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِن
رَّحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِن
بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada
manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya;
dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang
sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathir: 2)
Pada ayat lain Allah berfirman,
قُلْ مَن ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُم مِّنَ
اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً وَلَا
يَجِدُونَ لَهُم مِّن دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
“Katakanlah, ‘Siapakah yang dapat
melindungi kamu dari (kehendak) Allah jika Dia menghendaki bencana
atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu.’ Dan orang-orang munafik
itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah.”
(QS. Al Ahzab: 17)
Dan bukan hanya menanamkan keimanan dan
tawakal yang kokoh kepada Allah semata, akan tetapi akidah Al Qur’an
juga benar-benar telah meruntuhlantahkan segala keterkaitan,
ketergantungan, mistik, takhayul dan segala bentuk kepercayaan kaum
musyrikin kepada sesembahan selain Allah, sampai-sampai digambarkan
bahwa sesembahan -atau apapun namanya- selain Allah tidak berdaya apapun
bila ada seekor lalat yang merampas makanan mereka. Mereka tidak akan
pernah mampu menyelamatkan makanan yang telah terlanjur dirampas oleh
lalat, seekor mahluk lemah dan hina.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ
فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَن
يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِن يَسْلُبْهُمُ
الذُّبَابُ شَيْئًا لَّا يَسْتَنقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ
وَالْمَطْلُوبُ. مَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِنَّ اللَّهَ
لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan,
maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu
seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun,
walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu
merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali
dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah)
yang disembah. Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al
Hajj: 73-74)
Akidah Al Qur’an juga mengajarkan bahwa
sumber kelemahan dan kegagalan umat manusia ialah karena mereka jauh
dari pertolongan dan bimbingan Allah, semakin mereka menjauhkan diri
dari Allah dan semakin menggantungkan harapannya kepada selain-Nya maka
semakin rusak dan hancurlah harapan dan kepentingannya,
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasannya ada beberapa orang
laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa
laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan
kesalahan.” (QS. Al Jin: 6)
Akidah Al Qur’an juga mengajarkan kepada
umatnya agar senantiasa memiliki keyakinan yang kokoh bahwa tidaklah ada
di dunia ini yang mampu mengetahui hal yang gaib selain Allah. Sehingga
dengan keimanan semacam ini umat islam terlindungi dari kejahatan para
dukun, tukang ramal dan yang serupa.
قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
“Katakanlah, ‘Tidak ada seorang pun di
langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah’,
dan mereka tidak mengetahui kapankah mereka akan dibangkitkan.” (QS.
Fathir: 65)
Dengan akidah Al Qur’an ini, seseorang
akan memiliki kejiwaan yang tangguh, pemberani dan bersemangat tinggi,
pantang mundur dan tak kenal putus asa dalam menjalankan roda-roda
kehidupan dan mengarungi samudra kenyataan. Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam pernah mengajarkan kepada saudara sepupunya akidah Al
Qur’an di atas dengan sabdanya,
يا غلام إني أعلمك كلمات احفظ الله يحفظك
احفظ الله تجده تجاهك إذا سألت فاسأل الله وإذا استعنت فاستعن بالله واعلم
أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك
ولو اجتمعوا على أن يضروك بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك رفعت
الأقلام وجفت الصحف. رواه أحمد والترمذي والحاكم
“Jagalah (syari’at) Allah, niscaya Allah
akan menjagamu, jagalah (syari’at) Allah, niscaya engkau akan dapatkan
(pertolongan/perlindungan) Allah senantiasa dihadapanmu. Bila engkau
meminta (sesuatu) maka mintalah kepada Allah, bila engkau memohon
pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah
(yakinilah) bahwa umat manusia seandainya bersekongkol untuk memberimu
suatu manfaat, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu manfaat
melainkan dengan sesuatu yang telah Allah tuliskan untukmu, dan
seandainya mereka bersekongkol untuk mencelakakanmu, niscaya mereka
tidak akan mampu mencelakakanmu selain dengan suatu hal yang telah Allah
tuliskan atasmu. Al Qalam (pencatat taqdir) telah diangkat, dan
lembaran-lembaran telah kering.” (HR. Ahmad, dan At Tirmizi).
No comments:
Post a Comment