Demi
Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab,
lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian
akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”.
(Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).
Datangnya
Kematian Menurut Al Qur’an :
Kematian
bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha
menghindarkan resiko-resiko kematian
Katakanlah:
“Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan
akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah
(berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk
membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali
Imran, 3:154)
Kematian
akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau
berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter
terbaik yang ada di muka bumi ini
Di
mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di
dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan,
mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa
sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”.
Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu
(orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS
An-Nisa 4:7 8)
Kematian
akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar
Katakanlah:
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian
itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang
mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan”. (QS al-Jumu’ah, 62: 8)
Kematian
datang secara tiba-tiba
Sesungguhnya
Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah
Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34)
Kematian
telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
Dan
Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang
waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS,
Al-Munafiqun, 63:11)
Dahsyatnya
Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut
Sabda
Rasulullah SAW : “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus
pedang” (HR Tirmidzi)
Sabda
Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri
yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil
tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)
Atsar
(pendapat) para sahabat Rasulullah SAW
Ka’b
al-Ahbar berpendapat : “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang
dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan
sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang
menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.
Imam
Ghozali berpendapat : “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut
menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang
sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat
nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga
kaki”.
Imam
Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang
melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat
dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut.
Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang
pria yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai manusia !”, kata pria
tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku
mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum
juga hilang dariku.”
Proses
sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak
dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita
menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk,
bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara
bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul
maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti
dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi.
Rasa
sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa
sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang
selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul
maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak.
Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bis shawab.
Sakaratul
Maut Orang-orang Zhalim
Imam
Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as
untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim. Allah
SWT pun memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria
besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu
didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan,
dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak
sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang
wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk
menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh
lebih dahsyat dari itu.
Kisah
ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan
apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari
tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih
cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas
akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari
timah keras.
Itulah
wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari
tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun
maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang
sisa hidup kita.
Alangkah
dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada)
dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan
tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas
dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap
Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri
terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 6:93)
(Yaitu)
orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim
kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); “Kami
sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun”. (Malaikat menjawab):
“Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. Maka
masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat
buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 :
28-29)
Di
akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua
Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zhalim, si malaikat akan berkata, “Semoga
Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa
hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir
menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu.
Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik ! “ Ketika itulah orang yang
sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.
Ketika
sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai
merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut
mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah
diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau
di neraka”.
Dan
inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di
neraka, “Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan
siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik!
Sakaratul
Maut Orang-orang Yang Bertaqwa
Sebaliknya
Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut
sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat
harum.
Dan
dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah diturunkan oleh
Tuhanmu?” Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan”. Orang-orang
yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan
sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi
orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir
di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang
mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang
bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para
malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Assalamu alaikum, masuklah kamu ke
dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS, An-Nahl, 16 :
30-31-32)
Dan
saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang akan
menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai
sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.
Wallahu
a’lam bish-shawab.
Semoga
kita yang masih hidup dapat selalu dikaruniai hidayah-Nya, berada dalam jalan
yang benar, selalu istiqomah dalam keimanan, dan termasuk umat yang
dimudahkan-Nya, selama hidup di dunia, di akhir hidup, ketika sakaratul maut,
di alam barzakh, di Padang Mahsyar, di jembatan jembatan Sirath-al mustaqim,
dan seterusnya.
Allahumma Amin..
Keberadaan Ruh Setelah Mati
Seperti
apakah sebenarnya kondisi ruh kita nanti? Jawabannya adalah Wallahu a’lam.
Namun demikian, Allah SWT memberikan sedikit gambaran dan penjelasan melalui
Hadis-hadis Rasulullah SAW.
Berkaitan
dengan ruh ini Allah SWT berfirman:
“Dan
mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah wahai Muhammad, 'Roh itu
termasuk urusan Tuhanku. Kalian tidak diberikan pengetahuan tentang hal itu
kecuali sedikit.'”
Jelas
sekali arti ayat ini, bahwa Allah SWT hanya memberitahukan ilmu sedikit saja
tentang hal-hal yang berkaitan dengan ruh ini. Nah, informasi yang sedikit
inilah yang akan kami coba sampaikan.
Di
antara informasi yang telah sampai kepada kita dari baginda Rasulullah SAW
berkaitan dengan ruh ini, di antaranya adalah:
1.
Ruh orang beriman seperti burung
terbang berwarna kehijauan, tinggal di dalam sesuatu yang mirip kubah cahaya
yang terbuat dari bahan seperti emas di bawah ‘Arasyi.
Nabi SAW bersabda tentang para syuhada yang gugur
dalam perang Uhud: "Allah menjadikan ruh mereka dalam bentuk seperti
burung berwarna kehijauan. Mereka mendatangi sungai-sungai surga, makan dari buah-buahannya,
dan tinggal di dalam kindil (lampu) dari emas di bawah naungan ‘Arasyi.” (Hadis
Shahih riwayat Ahmad, Abu Daud dan Hakim)
2.
Orang yang telah meninggal dunia
mengetahui orang yang menziarahi kuburnya.
Nabi SAW bersabda: “Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu.” (Hadis Shahih riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab Al-Istidzkar dan At-Tamhid).
Nabi SAW bersabda: “Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu.” (Hadis Shahih riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab Al-Istidzkar dan At-Tamhid).
3.
Orang yang telah meninggal dunia
saling kunjung-mengunjungi antara yang satu dengan yang lainnya.
Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah
kita akan saling mengunjungi jika kita telah mati, dan saling melihat satu dengan
yang lainnya wahai Rasulullah SAW?" Rasulullah SAW menjawab, “Ruh akan
menjadi seperti burung yang terbang, bergelantungan di sebuah pohon, sampai
jika datang hari kiamat, setiap roh akan masuk ke dalam jasadnya
masing-masing.” (HR. Ahmad dan Thabrani dengan sanad baik).
4.
Orang yang telah meninggal dunia
merasa senang kepada orang yang menziarahinya, dan merasa sedih kepada orang
yang tidak menziarahinya.
Nabi SAW bersabda: “Tidak seorangpun yang
mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya (untuk mendoakannya) kecuali
dia merasa bahagia dan menemaninya hingga dia berdiri meninggalkan kuburan
itu.” (HR. Ibnu Abu Dunya dari Aisyah dalam kitab Al-Qubûr).
5.
Orang yang telah meninggal dunia mengetahui
keadaan dan perbuatan orang yang masih hidup, bahkan mereka merasakan sedih
atas perbuatan dosa orang yang masih hidup dari kalangan keluarganya dan merasa
gembira atas amal shaleh mereka.
Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya perbuatan kalian
diperlihatkan kepada karib-kerabat dan keluarga kalian yang telah meninggal
dunia. Jika perbuatan kalian baik, maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun
jika selain daripada itu, maka mereka berkata: 'Ya Allah, janganlah engkau
matikan mereka sampai Engkau memberikan hidayah kepada mereka seperti engkau memberikan
hidayah kepada kami.'” (HR. Ahmad dalam musnadnya).
“Seluruh amal perbuatan dilaporkan kepada Allah
SWT pada hari Senin dan Kamis, dan diperlihatkan kepada para orangtua pada hari
Jum’at. Mereka merasa gembira dengan perbuatan baik orang-orang yang masih
hidup, wajah mereka menjadi tambah bersinar terang. Maka bertakwalah kalian
kepada Allah dan janganlah kalian menyakiti orang-orang kalian yang telah
meninggal dunia.” (HR. Tirmidzi dalam kitab Nawâdirul Ushûl).
6.
Orang-orang beriman hidup di dalam
surga bersama anak-cucu dan keturuanan mereka yang shaleh.
“Dan orang-orang beriman yang anak-cucu mereka
mengikuti mereka dalam keimanan, kami pertemukan mereka dengan anak-cucu
mereka. Kami tidak mengurangi dari pahala amal mereka sedikitpun. Setiap orang
terkait denga apa yang telah dia kerjakan.” (At-Thur: 21)
7.
Orang mukmin dapat melihat Allah SWT
bagaikan melihat bulan purnama.
Dari Abu Hurairah Ra. Berkata, “Para sahabat bertanya, 'Wahai rasulullah, apakah kita akan dapat melihat tuhan kita pada hari kiamat?' Rasulullah SAW menjawab, 'Apakah kalian ada kendala melihat matahari di siang hari yang tidak berawan?' 'Tidak,' jawab para sahabat. Rasulullah kembali berkata, 'Apakah kalian ada kendala melihat bulan di malam purnama yang tidak berawan?' 'Tidak,' jawab para sahabat. Raulullah SAW melanjutkan, 'Demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak ada kendala melihat tuhan kalian kecuali seperti kalian melihat matahari atau bulan itu.'” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Hurairah Ra. Berkata, “Para sahabat bertanya, 'Wahai rasulullah, apakah kita akan dapat melihat tuhan kita pada hari kiamat?' Rasulullah SAW menjawab, 'Apakah kalian ada kendala melihat matahari di siang hari yang tidak berawan?' 'Tidak,' jawab para sahabat. Rasulullah kembali berkata, 'Apakah kalian ada kendala melihat bulan di malam purnama yang tidak berawan?' 'Tidak,' jawab para sahabat. Raulullah SAW melanjutkan, 'Demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak ada kendala melihat tuhan kalian kecuali seperti kalian melihat matahari atau bulan itu.'” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ma’asyiral mukminin rahimakumullah…
Dari penjelasan beberapa dalil yang telah kita
sebutkan tadi, ada beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil, di antaranya
adalah pendapat Ibnul Qaim Aj-Jauziyyah yang mengatakan:
Hadis tentang mayit mengetahui dan menjawab salam
orang yang menziarahinya tidak berarti bahwa ruh ada di dalam liang kubur di
dalam tanah. Bukan seperti itu, melainkan bahwa ruh punya keterkaitan khusus
dengan jasadnya. Di mana jika ada yang mengucapkan salam untuknya, dia akan
menjawabnya. Ruh berada di suatu alam yang bernama alam Barzakh di suatu tempat
yang bernama Ar-Rafîqul `A’lâ. Alam ini tidak sama dengan dunia kita, bahkan
jauh berbeda. Hanya Allah SWT sajalah yang mengetahui lika-liku dan
detail-detailnya.
Dari dalil-dalil tadi juga bisa di simpulkan,
bahwa tempat para arwah berbeda-beda dan bertingkat-tingkat derajatnya sesuai
amal shaleh mereka.
No comments:
Post a Comment