4. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu hal yang amat
urgen dalam kehidupan umat manusia secara umum, dan dalam kehidupan umat
Islam secara khusus. Oleh karena itu, Syari’at Al Qur’an memberikan
perhatian yang amat besar, sampai-sampai ayat Al Qur’an yang pertama
diturunkan adalah 5 ayat dalam surat Al ‘Alaq, yang memerintahkan umat
manusia untuk membaca dan belajar.
Bukan hanya itu, bahkan syari’at Al
Qur’an telah menjelaskan bahwa kahidupan manusia baik di dunia atau di
akhirat tidaklah akan menjadi baik melainkan dengan didukung oleh
pendidikan yang baik dan benar. Oleh karena itu, seluruh mahluk yang ada
di dunia ini dinyatakan senantiasa mendoakan kebaikan kepada setiap
orang yang berjuang dengan mengajarkan kebaikan kepada umat manusia.
Mari kita renungkan bersama sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam berikut ini,
“Sesungguhnya Allah, seluruh
Malaikat-Nya, seluruh penghuni langit-langit dan bumi, sampaipun semut
yang berada di dalam liangnya, dan sampai pun ikan, senantiasa memuji
dan mendoakan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.” (HR. At Tirmizi dan dishahihkan oleh Al Albani)
Sebagaimana Syari’at Al Qur’an juga
mengajarkan agar pendidikan yang disampai kepada masyarakat senantiasa
didasari oleh data yang otentik dan kebenaran. Sebagai salah satu contoh
nyata hal ini ialah kisah berikut,
“Dari Abdullah bin ‘Amir, ia menuturkan: Pada suatu hari ibuku memanggilku, sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang duduk-duduk di rumah kami, kemudian ibuku berkata, “Hai nak, kemarilah, aku beri engkau sesuatu.” (Ketika mendengar perkataan ibuku itu) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Apakah yang hendak engkau berikan kepadanya? Ibuku menjawab, “Aku hendak memberinya kurma,” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Ketahuilah sesungguhnya engkau bila tidak memberinya sesuatu, maka ucapanmu ini niscaya dicatat sebagai satu kedustaanmu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Al Baihaqi dan dishahihkan oleh Al Albani)
Demikianlah pendidikan dalam syari’at Al Qur’an, oleh karena itu tidak mengherankan bila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjadikan kedustaan sebagai salah satu kriteria orang-orang munafik.
“Pertanda orang-orang munafik ada
tiga, bila ia berbicara ia berdusta, bila ia berjanjia ia ingkar, bila
diamanati ia berkhianat.” (Muttafaqun ‘alaih)
Bila kita bandingkan hadits ini dengan
fenomena pendidikan yang ada di masyarakat kita, baik yang ada dalam
keluarga, atau di masyarakat atau di sekolah-sekolah, niscaya kita
dapatkan perbedaan yang amat besar. Pendidikan di masyarakat banyak yang
disampaikan dengan kedustaan dan kebohongan, misalnya melalui dongeng
palsu, cerita kerakyatan, cerita fiktif, sandiwara, film-film yang
seluruh isinya berdasarkan pada rekayasa dan kisah-kisah palsu dll.
Oleh karena itu, tidak heran bila di
masyarakat kita perbuatan dusta merupakan hal yang amat lazim terjadi
dan biasa dilakukan, karena semenjak dini mereka dilatih melakukan
kedustaan dan kebohongan.
Diantara keistimewaan metode pendidikan
dalam syari’at Al Qur’an ialah ditanamkannya nilai-nilai keimanan kepada
Allah Ta’ala, rasa takut kepada-Nya, senantiasa tawakkal dan sadar
serta yakin bahwa segala kebaikan dan juga segala kejelekan hanya Allah
yang memiliki, tiada yang mampu mencelakakan atau memberi kemanfaatan
kepada manusia tanpa izin dari Allah Ta’ala. Sehingga dengan menanamkan
keimanan kepada Allah Ta’ala sejak dini semacam ini, menjadikan
masyarakat muslim berjiwa besar, tangguh bak gunung yang menjulang
tinggi ke langit, bersih jauh dari sifat-sifat kemunafikan, penakut,
berkhianat, memancing di air keruh atau menggunakan kesempatan dalam
kesempitan.
Kisah berikut adalah salah satu contoh nyata pendidikan Islam yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya,
“Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu ia berkata, Suatu hari aku membonceng Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
maka beliau bersabda kepadaku, “Wahai nak, sesungguhnya aku akan
ajarkan kepadamu beberapa kalimat: Jagalah (syari’at) Allah, niscaya
Allah akan menjagamu, jagalah (syari’at) Allah, niscaya engkau akan
dapatkan (pertolongan/perlindungan) Allah senantiasa dihadapanmu. Bila
engkau meminta (sesuatu) maka mintalah kepada Allah, bila engkau memohon
pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah
(yakinilah) bahwa umat manusia seandainya bersekongkol untuk memberimu
suatu manfaat, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu manfaat
melainkan dengan sesuatu yang telah Allah tuliskan untukmu, dan
seandainya mereka bersekongkol untuk mencelakakanmu, niscaya mereka
tidak akan mampu mencelakakanmu selain dengan suatu hal yang telah Allah
tuliskan atasmu. Al Qalam (pencatat taqdir) telah diangkat, dan
lembaran-lembaran telah kering.” (HR. Ahmad, dan At Tirmizi dan dishahihkan oleh Al Albani)
Dan berikut adalah salah satu contoh
generasi yang telah tertanam pada dirinya pendidikan Al Qur’an, yang
senantiasa mengajarkan agar setiap manusia senantiasa mengingat Allah,
dan senantiasa sadar bahwa Allah selalu melihat dan mendengar segala
gerak dan geriknya.
Pada suatu malam ada seorang wanita yang
memerintahkan anak gadisnya untuk mencampurkan air ke dalam susu yang
hendak ia jual, maka anak gadis tersebut menjawab dengan penuh keimanan,
“Bukankah ibu telah mendengar bahwa Umar (sang Kholifah pada masa itu-admin)
telah melarang kita dari perbuatan semacam ini?! Maka sang ibu pun
menimpali dengan berkata, “Sesungguhnya Umar tidak mengetahui
perbuatanmu! Maka anak gadis tersebut menjawab dengan berkata, “Sungguh
demi Allah aku tidak sudi untuk mentaati peraturan Umar hanya ketika di
khalayak ramai, akan tetapi ketika aku sendirian aku melanggarnya.”
Kita semua bisa bayangkan bila
prinsip-prinsip Islamiyyah yang terkandung dalam hadits ini terwujud
pada masyarakat kita, maka saya yakin bahwa masyarakat kita akan
terhindar dari berbagai praktek-praktek pengecut, khianat, korupsi,
penakut, putus asa, dll.
Tentu pendidikan yang semacam ini
menyelisihi pendidikan yang sekarang banyak dilakukan oleh masyarakat
kita, dimana anak-anak kita sejak kecil senantiasa dihancurkan
kejiwaannya, keberaniannya dengan berbagai dongeng tentang hantu,
syetan, khayalan tentang superman, batman, satria baja hitam, atau yang
serupa yang menggambarkan tentang manusia yang bisa terbang, merubah
bentuk, dengan berbagai kedustaan yang ada pada kisah-kisah tersebut.
Tidaklah mengherankan bila generasi yang dibina dan jiwanya dipenuhi
dengan kisah-kisah palsu semacam ini, hanya pandai mengkhayal, dan mudah
putus asa, penakut dan pemalas.
No comments:
Post a Comment